Hukumanku

Rabu, 17 Februari 2010 19.02 by juliastuti.blogspot.com
Beberapa waktu yang lalu aku tertangkap oleh aparat pemerintah dalam sebuah razia yang dilakukan di wilayah pinggiran kota xxxx. Dengan sedikit usaha yang aku bilang sangat panjang akhirnya aku mendapat pengetahuan tambahan dari mereka, tapi semua itu juga musti aku bayar dengan usahaku sendiri. Namaku yunita temanku biasa memanggilku yuni tinggiku 167 cm dengan ukuran dada 34b kulitku kuning langsat. Di kehidupanku yang lalu aku merupakan primadona kompleks tersebut. Aku menjadi pekerja seks karena kehidupanku yang ironis ketika aku tinggal didesaku, hingga sampai saat ini aku hidup sebatang kara tidak memiliki sanak saudara. Aku saat ini mencoba menjajaki kehidupan ku yang baru dan entah sampai kapan. cerita ini ad yang aku bumbui dan aku kurangi


Ketika usiaku 21 tahun aku menjadi salah satu gadis yang cantik didesaku pada saat itu, teman-temanku banyak dan aku merasa banyak lelai yang mencoba menjadi kekasihku. Tetapi aku menganggap mereka semua adalah teman-temanku tidak lebih, orang tuaku petani penggarap sawah milik tetanggaku dan berhasil menyekolahkan aku dan adikku hingga tamat SMA. Berkat mengantar hasil panen orang tua ku kekota aku mengenal seorang pria yang saat itu manjadi kekasihku, kehidupan kami normal sampai kejadian malang yang menimpa kehidupan keluargaku dan kang sarman kekasihku. Pada hari kejadian kang sarman main kerumahku untuk mengajak aku menonton orkes karena ada hajatan di desa tetangga, jarak rumahku dengan desa tetangga sekitar 1 km. kami berjalan kaki sambil membicarakan kelanjutan hubungan kami, kang sarman menggandeng tangan dan sesakli mencium tanganku di jalan yang agak sepi. Aku merasakan sangat senang dengan yang kami bahas saat itu, sampai dengan kang sarman mengutarakan keinginannya untuk berhenti sejenak di pinggir sawah dan menunjkkan sebuah tempat dimana para petani mengusir burung pemakan padi, aku menyetujui keinginan kang sarman, kami menuju rumah-rumahan yang berada ditengah sawah tersebut. Setibanya disana kang sarman langsung mencium leher dan melumat bibirku, akupun membalas ciuman kang sarman tersebut, biasanya kami melakukan kegiatan tersebut di rumaku jika orang tua dan adikku pergi ke sawah atau kekota dan aku sudah lama tidak merasakan sentuhan kang sarman. Tangan – tangan nakal kang sarman sudah melepaskan semua kancing kemeja dan celana jeansku. Aku tidak bisa menahan rangsangan yang diberikan kang sarman ketika bibirnya menyedot ke putting susuku, aku mencari benda yang sangat aku inginkan rasanya lama sekali kang sarman mempermainkan susuku, aku berusaha meraih kontol kang sarman dengan membuka resleting celananya. Ku usap dan ku kocok benda tersebut yang membuat kang sarman melepaskan sedotan dan jilatan pada susu dan telingaku aku mencoba menahan gejolak pada diriku, namun gagal ketika tangan kang sarman berhasil masuk dan menggesek kan jarinya ke memekku, “ kang aku gak tahan lagi kang …ouh …. Oh…mmmhhh aku keluaaaaarrr kaaangggg….” seluruh otot dan tulangku seperti tertarik dan aku tak sanggup lagi menahan kenikmatan yang diberikan kang sarman. “yun kamu giliranku yah….” Kang sarman menyodorkan kontolnya dihadapan mukaku, aku mengerti maksud kang sarman, aku mulai memainkan jurusku, kujilati kepala kontol kang sarman sampai dengan bah pelirnya. “aduuuhhhhhhh yun kamu memang pintarr… “ kang sarman menarik kembali kontolnya untuk membuka celana jeans yang ia kenakan, aku menunggu sambil ku peggang seperti aku tidak mau kehilangan waktu sedikitpun. Belum sempat celana jeans kang sarman sampai kelutut tiba – tiba sebuah cahaya dari lampu senter menerangi wajah kang sarman dan teriakan dari sesorang kepada kami. “ heeey sedang apa kamu …..” kami sangat terkejut dan aku buru – buru menaikan celana dalam dan bh ku yang terlepas, tapi sangat malang karena aku tidak sempat meriah celana jeansku. Kang sarman juga berusaha meraihnya tetapi tidak berhasil malah sebuah pukulan telah mengenai kepala kang sarman, aku sempat melihat celanaku dibawa oleh seorang yang telah berdiri di samping kang sarman, kami dikelilingi empat orang pemuda desaku, kang sarman berusaha berdiri untuk melindungi ketelanjanganku. “jangan kang …ampuni kami…” kang sarman mengiba sambil berusaha melindngi ku “ ampun, ampun apa yang telah kamu lakukan?” “ nan liat itukan yunita yang lu taksir..” aku sangat ketakutan sekali sambil menangis aku menutupi memeku yang hanya hanya terlindng oleh celana dalam saja. “ dasar perek lu yun…ngotorin kampung kita aja” “hey apa yang udah kamu lakukan? Ayo ngomong jujur kalo tidak kita injak – injak ni cowok”. “PLAK….” Sebuah tamparan mendarat kembali di muka kang sarman, aku yang ketakutan mencoba menolong kang sarman. “ cepat lepas pakaian lu, kalo gak gw bunuh lu” kang sarman yang sudah merasa kewalahan mengikuti perintah ke4 teman sekampungku, kaki merasa lemasdengan kejadian itu. “hey lonte udah ngapain aja lo…jawab!!!” “kami belum ngapa-ngapain nan, ampuni kami”, kita bakal ngampuni lo kalo kalian ngaku”. Aku sempat melihat kang sarman sudah ditelanjangi dan di ikat di tiang saung dan sedang di introgasi oleh sarwa dan dunde. Aku hanya menangis dan dan diam saja ketika kata-katai dan dilecehkan oleh maan dan dao. Tiba-tiba dao menjambak rambutku dan mencoba membuka baju dan celana dalamku. “ maan yang sedari tadi menanyai ku mencoba menarik bajuku “lepas pakain mu kalo ga gw arak lo keliling kampung” “jangan an ampuni aku, aku mohon”, “ya udah kerjain aja yang kita minta kan selesai”,”emang ga’ ada tempat laen apa, pada ngentot di sawah dasar, gw kira lo alim yun” aku mendengar perkataan dao kupingku terasa panas sekali, aku membuka pakaianku satu persatu hingga aku telanjang bulat didepan ke empat laki – laki tersebut. “lo lakuin apa yang udah lo lakuin tadi cepeeet…” sarwa melepas ikatan kang sarman dan menendang pantat kang sarman hingga terjerembab di kakiku. Aku mencoba mengikuti kemauan mereka agar mereka tidak menyakiti kami. Aku melihat ada cairan dari wajah kang sarman yang aku kira air mata ternyata darah keluar dari pelipisa kang sarman. “cepet lakuin…” perintah dari maan. Tiba – tiba dao menarik susuku hingga aku menjerit kesakitan dan menangis karena sakitnya tarikan dao. Kami berdua berusaha melakukan apayang telah kulakukan tetapi kontol kang sarman tidak mau berdiri hingga mereka mentertawai dan mencemooh kami. “yun…yun cowo impoten aja lo layanin mendingin ama kita.. hahahaha….” Aku berusaha membangunkan kontol kang sarman, dan kang sarman juga berusaha menciumi ku tapi yang kurasakan memang agak canggung. Tiba tiba sarwa menarik tubuhku hingga aku terjatuh terlentang di sang tersebut aku melihat sarwa dengan ganasnya meremas – remas dengan paksa susuku dan berusaha menciumku. “an jangan diem aja lo mau gak? Pegang kaki ama tangannya” aku meronta sekuat tenaga tapi apa daya mereka berempat lebih kuat dan sudah tak berdaya, aku merasakan memek ku ditsuk tusuk dengan jari, susuku dan bibirku dilumat habis hingga aku tak dapat bernafas, sempat aku melihat kang sarman jongkok tak dapat berbuat apa-apa. “wa lo dulu dah yang nyobain perek kampng kita”, “siap O…hehehe…” tangan ku dipegang oleh dao dan maan sedangkan sarwa dan dunde sibuk memainkan susuku dan memekku. Dengan lincahnya tangan sarwa memainkan memeku hingga aku tak dapat menahan rangsangan yang mereka lakukan. Tanpa aku sadari aku mengikuti gerak tangan sarwa daaaannn….aaaahhhhhh… aku tak kuat menahan gejolak dalam diriku. Mereka mentertawai ku karena mereka berhasil melemahkan pertahananku. “dasar perek ya tetep perek…cob lo dari dulu terima gw jadi cowo lo kan ga gini jadinya…hehehe….” Tanganku mengepal kencang berusaha berontak tetapi tak berhasil sampai aku rasakan kontol sarwa sudah berada dalam memek ku. Sarwa menggenjot aku hingga aku tak sanggup mengimbangi ritma sodokannya, tanpa aku sadari pula maan dan dao melepaskan pegangan tangannya dan serta merta aku memeluk sarwa tetapi sarwa tidak meneruskan sodokannya sampai aku merendahkan martabatku untuk menahan pantat sarwa. Aku yang sudah hampir mancapi klimaksku yang ketiga merasa tidak ada perasaan takut dan malu lagi untuk meminta meneruskan sarwo menyelesaikan tugasnya aku terduduk dan tiba-tiba maan mnjabakku menarik kedepan hingga aku hampir terjerembab kedepan, aku berusaha bangkit dengan kedua tanganku sampai dengan posisi merangkak maan menarik mukaku selangkangannya aku menuruti kemauannya, tanpa canggung aku mngisap kontol sampai dengan pangkalnya. Dari belakang aku merasa sarwa sudah siap dengan kontol yang akan menusukku dari belakang dan “ aahhhh…” aku merasakan sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya empat lelaku mengerjaiku sekaligus di tengah alam yang terbuka. Aku hisap kuat-kuat kontol maan hingga dia menyemprotkan maninya di dahi dan mataku, sarwo juga mengakhiri pekerjaannya didalam rahimku . dengkulku sangat lemas dan aku merasa gemetar di kakiku mataku berkunang – kunang aku sempat melihat kang sarma yang memperhatikkan keadaan diriku hanya tetap berjongkok dan berdiam diri dan aku melihat kontolnya telah berdiri tegak “maafkan ak kang sarman,…” dan aku tidak mengingat apa yang terjadi atas diriku sampai tiba – tiba aku merasakan air hangat dan bau menyiram mukaku. Ketika ku buka mataku kang sarman telah berada di mukaku dang mengencingi aku. Aku gelagapan dan menelan air yang asin dan agak pahit tersebut. Tiba – tiba kang sarman memeluk dan menciumi mukaku yang penu dengan air kencingnya, “BUKKK” sebuah tendangan mengena di perutnya hingga membuat kang sarman terpental kesisi ku. “gue bilang bangunin buka lo ciumin, dasar bego lo..” aku mendengar samar – samar suara tangisan kang sarman, ya kang sarman menangis….kang maafkan aku…dalam hati ku berkata. Aku bangkit dan melihat keadaan diriku sudah penh dengan mani aku menduga selama aku pingsan aku telah dikerjai oleh mereka. “cepet lo bersihin perek l noh…” kata dunde dengan dengan melemparkan celana dan pakaian dalam kang sarman. Aku masih belum mengerti apa yang akan deikerjakannya. Kang sarman berdiri sampbil terhyung huyng ketepi sawah dan menuj kearahku. “lap yang kering kita suruh ngeluarin peju lo malah kencing dasar bego lo” aku melihat kearah kang sarman yang sudah bengkak dan penuh darah, aku berusaha membersihkan diriku sendiri tapi dilarang oleh mereka. Tanpa aku sadari ayam jantan sudah terdengar dan aku melihat dao telah membawa orang – orang kampung menuju arahku. Aku yang sedari tadi duduk disamping kang sarman menjadi terdiam dan sangat takut. Kang sarman berusaha memegang tanganku menunggu apa yang akan terjadi.

Ternyata mereka berempat telah berbohong kepada kami, mereka tidak melepaskan kami tetapi sepertinya kami difitnah oleh mereka. Warga kampung telah mengelilingi kami. Aku berusaha menutup ketelanjanganku hanya dengan tangan. Sinar matahari terus menerangi ketelanjangan tubuh kami. Ternyata ini menjadi neraka yang kedua bagi kami. Aku melihat kang sarman ditarik dan dipukuli oleh warga sedangkan aku menjadi tontonan warga. Sudah tidak ada air mata yang dapat keluar dari mataku aku hanya pasrah saja “arak…arak…arak..” aku sangat takut dengan teriakan – teriakan warga tersebut. “ sebelum diarak suruh mereka melakukan apa yang dilakukan aja” teriak sarwa sambil berkacak pinggang. “ya…ya.. setuju…” kang sarman dilempar kearahku dan seorang lelaki menampar pipiku dan meminta aku untuk melakukan yang tidak aku lakukan. Tetapi untuknya aku melihat kontol kang sarwa telah berdiri sehingga didepan plhan mata kang sarman mengarahkan kontolnya ke mulutku. Kami melakukan hal tersebut sambil menangis tetapi sempat kang sarman membisikan ketelingaku untuk tetap tenang. Ketika aku menyedot kontol kang sarman, dia di tarik ntuk merubah posisi dan warga meminta aku untuk maju ke tepi saung dan menungging. Aku mengikuti keinginan mereka karena aku sudah pasrah dengan apa yang terjadi. Beberapa wanita menampar pantatku hingga terasa sangat panas sekali. Kang sarman diminta untuk memasukkan kontolnya dari belakang.”nah gitu dong anjing kan kaya nya harus kaya anjing…hahahaha…” suara tawa warga riuh menyoraki kami. Ak menjadi terangsang akan situasi yang terjadi dimana aku diminta untuk merangkak sedangkan kang sarman mengikuti sambil menggoyangkan pantatnya. Aku merasakan kontol kang sarman membesar dan aku juga berhenti karena aku juga akan keluar. “ wah pada mau keluar tuh…” tiba – tiba kang sarman ditarik oleh meraka dan aku juga di buat telentang, mani kang sarman akhirnya menyembur kearah wajah dan dan rambutku, tidak sampai disitu aku diminta membersihkan mani di kontol kang sarman begitu jga kang sarman diminta membersihkan mani ku yang belepotan di memeku. Beberpa lelaki meminta aku tidak membersihkan mani yang ada di mukaku. Ketika aku sedang menjilati kontol kang sarman, dia lemas meniduri diriku, ternyata kang sarman pingsan diatas tubuhku. Sambil menunggu kang sarman sadar aku tidak boleh duduk aku di haruskan berjongkok sambil mengangkang disamping tubuh kang sarman. Oleh para wanita memeku dilempari kerikil susuku dijepit dengan anyaman bambu. Untung tidak berapa lama sesepuh desa datang dan kang sarman juga sadar. Ketika mereka hendak membersihkan wajah dan tubuhku mereka dilarang oleh warga mereka mengancam para pemimpin desa akan mendemo mereka. Akhirnya mereka menyetujui hukuman warga kepada kami. Kami diarak tanpa mengenakan sehelai benang pun berkeliling kampung dan kontol kang sarman diikat tali dan aku diminta menariknya, sedangkan aku selain wajahku yang penuh mani kering memekku dimasukkan singkong yang berukuran kecil dengan panjang 25 cm dan diameter 3cm, serat leherku diikat dengan tali dan saling terkait dengan kang sarman. di jalan aku hanya menangis dan menunduk, banyak warga kampung yang mentertawakan dan ada juga yang menangis. Sempat di tenga jalan kontol kang sarman di olesi oleh balsem hingga kang sarman menjerit dan menagis. Sedangkan aku beberapa kali klimaks karena merasakan singkong yang berada dalam memeku terkadang sangat nikmat sekali. Sambil jalan maniku pun menetes “masih sempet-sempetnya keluar tuh peju…” banyak warga yang mentertawakan kejadian tersebut. Sampai didepan balai desa kami di mandikan dengan cara disiram dengan selang kami saling menggosok dan menyabuni satu sama lain. Aku sempat di minta ntuk mengocok kontol kang sarman tapi tidak diperbolehkan oleh kepala desa. Di balai desa kami di adili dengan hukumanku diusir dari desaku saat itu juga. Aku dilarang bertem dengan orang tua dan adikku, begitu juga kang sarman yang sudah di gunduli kepala dan jembutnya oleh warga, aku diberikan pakaian dan uang sebesar 20 ribu. Setelah sidang tersebut aku melihat seorang yang emosi menghantam kepala kang sarman dengan bambu dan kang sarman manjadi tak sadarkan diri. Melihat emosi warga yang mulai marah lagi akhirnya kang sarman dibawa oleh beberapa pihak berwajib yang kapan datangnya aku tak mengetahuinya. Akhirnya aku diusir oleh waga hanya dengan bekal uang 20 ribu dan hanya pakaian yang menempel di badan.

Dalam kebingunganku aku masih mencari keberadaan kang sarman, beberepa cerita yang lain perjalanan, jika aku sempat akan kutuliskan kembali sampai aku menjelajahi duniaku yang kujalani saat ini. Aku sempat memastikan keberadaan kang sarman yang menjadi hilang ingatan dan keluargaku yang telah tiada karena bunuh diri di sebab tidak kuat mananggung aib ku. cerita buat mengingatkan 4 temanku didesa.

3 Response to "Hukumanku"

  1. Unknown Says:

    Hay Bos Para Pencinta Togel Online...
    Yuk bergabung bersama kami
    Bandar Togel Online Terpecaya
    Kmai meyediakan permainan
    TOGEL
    DD48 redblue LIVE
    Info lebih lanjut silakan hubungi CS kami....
    Telp : +85581569708
    BBM : D8E23B5C
    Line : togelpelangi
    Skype: Togel Pelangi
    Link: http://www.togelpelangi.com/

  2. lane hemings Says:

    "izin share ya admin :)
    buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
    ayuk... daftar, main dan menangkan
    Line : agen365
    WA : +855 87781483 :)
    Silakan di add ya contaknya dan Bergabung juga ya :)"

  3. Putri Pitaloka Says:

    Memek genit paling seru
    Memeksiana

Posting Komentar